ARTICLE AD BOX
SekitarKita.id – Bitcoin telah memimpin revolusi nilai mata duit virtual sejak peluncurannya, tetapi masa depannya dipenuhi tantangan. Komunitas mata uang digital tetap optimis, namun ancaman teknologi dan izin semakin menambah kekhawatiran. Teknologi baru seperti komputasi kuantum dan kepintaran buatan (AI) dianggap perihal itu sebagai ancaman potensial, nan bisa mempengaruhi keamanan Bitcoin. AI apalagi dapat memfasilitasi kejahatan siber nan lebih canggih, dengan begitu perlindungan nan lebih kuat diperlukan.
Masalah lain adalah sentralisasi penambangan dan manipulasi pasar oleh “whales” alias pemilik Bitcoin dalam jumlah besar. Hal ini dapat memicu volatilitas nilai nan ekstrem, menciptakan ketidakpastian di pasar. Selain itu, ukuran blockchain Bitcoin nan terus tumbuh bisa mendorong ketergantungan pada jasa terpusat, menakut-nakuti prinsip desentralisasi nan menjadi fondasi Bitcoin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Regulasi juga menjadi perhatian utama, dengan penerapan patokan Know Your Buyer (KYC) nan lebih ketat di beragam negara. Meski demikian peraturan ini bermaksud mencegah kejahatan finansial, dengan jumlah besar nan cemas tentang dampaknya terhadap privasi dan kebebasan bertransaksi. Tekanan izin tersebut menjadi tantangan serius bagi masa depan Bitcoin.
Selain itu, ada kekhawatiran soal keamanan Bitcoin setelah peristiwa halving, di mana praise untuk penambang berkurang. Penurunan ini bisa mempengaruhi motivasi penambang untuk menjaga keamanan jaringan. Andai tidak ditangani dengan baik, perihal ini dapat berakibat jelek pada keberlangsungan jaringan Bitcoin dalam jangka panjang.
Sumber : VRI TIMES