Kapolres Karawang resmikan Patung Maung Lodaya di Mapolsek Kotabaru, berikut filosofinya

Sedang Trending 7 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Kapolres Karawang resmikan Patung Maung Lodaya di Mapolsek Kotabaru (foto: Polres Karawang)

Karawang | SekitarKita.id,- Inilah penampakan wajah baru Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Kotabaru, Polres Karawang pasca diresmikannya    Patung Maung Lodaya, Rabu (17/1/2024).

Patung Maung Lodaya tegak berdiri terpasang didepan laman Mapolsek Kotabaru menambah minat masyarakat untuk menikmati akomodasi cuma-cuma sekedar berswa foto dan mengedukasi mayarakat.

Harimau di Jawa Barat nan biasa dipanggil Macan Lodaya ini berasas kepercayaan masyarakat Jawa Barat, merupakan macan hitam Prabu Siliwangi Raja Padjadjaran, sama dengan Harimau Siliwangi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan bebatan berwarna hitam, taring dan ceker putih, mata kuning itu nan menjadi karakter khas. Bila harimau menjadi lambang Kodam Siliwangi, macan Lodaya menjadi lambang kepolisian Jawa Barat.

 Polres Karawang)Kapolres Karawang resmikan Patung Maung Lodaya di Mapolsek Kotabaru (foto: dok. Polres Karawang)

Bila harimau menjadi lambang Kodam Siliwangi, macan Lodaya menjadi lambang kepolisian Jawa Barat.

Peresmian itu langsung oleh Kapolres Karawang AKBP Wirdhanto Hadicaksono, sekaligus meresmikan gedung Unit Reskrim Mapolsek Kotabaru.

AKBP Wirdhanto mengungkapkan, pihaknya turut berterimakasih kepada Kapolsek Kotabaru nan dipimpin Iptu Suherlan beserta jejeran nan sekarang telah mempunyai akomodasi umum.

Dengan adanya gedung unit Reskrim dan Patung Lodaya Polsek Kotabaru, kata dia, kedepannya bisa menunjang keahlian jejeran agar lebih baik lagi kedepannya.

“Ini merupakan bagian satu upaya besar kita berbareng untuk ikut memberikan akomodasi kepada jejeran polres Karawang, guna menunjang keahlian agar lebih baik lagi, sebagaimana tugas seorang Polisi ialah memelihara keamanan menegakkan norma dan memberikan perlindungan, pengayom serta pelayanan kepada masyarakat,” kata AKBP Wirdhanto usai acara, Rabu.

 Polres Karawang)Kapolres Karawang AKBP Wirdhanto Hadicaksono, (foto: dok. Polres Karawang)

Dirinya berharap, dengan diresmikannya gedung tersebut, tidak hanya personel Reskrim saja, melainkan seluruh jejeran personel Polsek Kotabaru untuk lebih meningkatkan keahlian dalam melayani masyarakat diwilayah hukumnya.

“Saya minta dengan adanya Gedung Unit Reskrim ini, tidak hanya personil Reskrim namun seluruh personil Polsek Kotabaru dapat lebih meningkatkan keahlian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, ujarnya.

Ia menghimbau, kepada seluruh jajaran, agar akomodasi nan sudah ada, untuk dirawat dan dijaga dengan baik, demi memberikan kenyamanan kepada masyarakat nan datang ke Mapolsek Kotabaru.

Pada kesempatan itu juga berbarengan Kapolres Karawang AKBP Wirdhanto Hadicaksono beserta Kapolsek Kotabaru, Iptu Suherlan, melaksanakan santunan kepada anak-anak yatim piatu dan dihadiri langsung Muspika Kecamatan Kotabaru dan tokoh masyarakat setempat.

 dok. Polres Karawang)Kapolres Karawang AKBP Wirdhanto Hadicaksono, juga meresmikan gedung Unit Reskrim Polsek Kotabaru (foto: dok. Polres Karawang)

Filosofi alias Makna di kembali Simbol Maung Lodaya

Mantan Kapolda Jabar nan juga tokoh masyarakat Sunda memaparkan filosofi alias makna di kembali simbol Maung Lodaya alias macang kumbang (Panther) tersebut.

“Itu tidak terlepas dari sejarah legenda Prabu Lingga Buana alias Langlang Buana di tahun 1357 Masehi,” kata laki-laki nan berkawan disapa Abah Anton, dilansir detikJabar, (27/01/2022) lalu.

Lingga Buana sang Prabu Siliwangi Pertama

Prabu Lingga Buana merupakan salah satu raja Kerajaan Sunda nan gugur di perang Bubat. Sebagai seorang ksatria Tanah Sunda nan gugur lantaran memihak kehormatan dan nilai dirinya.

“Dia adalah Prabu Siliwangi pertama lantaran sebelumnya tidak pernah ada kisah tentang raja berjuluk Silih Wangi,” kata Anton.

Dia mengatakan, gugurnya Prabu Lingga Buana itu, menuai simpati dan penghargaan dari raja-raja di Nusantara, sehingga dijuluki Prabu Wangi. “Dia dijuluki Prabu Wangi lantaran gugur saat mempertahankan nilai diri dan kehormatan di medan laga. Julukan itu diberikan oleh raja-raja di Nusantara seperti Sriwijaya, Kutai dan lainnya,” kata Anton.

Meski pun gugur di Perang Bubat, namun Anton mengatakan pasukan Prabu Lingga Buana nan hanya terdiri satu pleton alias sekitar 60 orang, bisa membunuh sekitar 2.000 pasukan Majapahit.

Itu lantaran mereka merupakan pasukan unik Pajajaran nan disebut pasukan Bela Mati.

“Hebat luar biasa. Pasukan Bela Mati Pajajaran berjumlah kurang dari 70 orang tapi bisa membunuh 2.000 orang. Keterangan itu ada di di pupuh Sundayana,” kata Anton.

Kaitan dengan Prabu Siliwangi nan disimbolkan sebagai maung alias harimau belang, Anton menjelaskan keduanya merupakan sosok nan sama.

“Langlang Buana maung hideung dan Siliwangi maung belang, itu adalah dua nama satu jiwa. Eta-eta keneh. Makanya TNI dan Polri di Jawa Barat itu tidak boleh pecah lantaran keduanya merupakan satu kesatuan,” kata Anton.

Anton juga menjelaskan sejarah lambang Maung Lodaya pasca kemerdekaan. Sejarah alias filosofinya bermulai dari upaya penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Salah satu komponen pasukan Siliwangi nan menumpas DI/TII itu adalah Resimen Pelopor Sukapura. Pasukan ini nan ikut bergerilya di pegunungan Priangan Timur untuk menumpas pemberontak.

“Resimen ini dipimpin oleh KS Tubun dan Yus Rusady Wirahaditenaya Komandan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi. Resimen pelopor ini nan kemudian menjadi cikal bakal Brimob Polri,” kata Anton.

Warna hitam Maung Lodaya juga menjadi perangkat kamuflase saat beraksi. “Warna hitam itu, aya na di euweuh, euweuh na di aya (ada seperti tiada, tiada padahal ada),” kata Anton.Lambang Maung Lodaya jadi spirit Resimen Pelopor saat bertugas. Karakter Maung Lodaya mempunyai kecepatan dalam memburu mangsanya. “Kemana pun bakal dikejar, naik pohon dikejar, masuk air dikejar. Jadi Maung Lodaya ini jadi pemburu paling ganas,” kata Anton.

Maung Lodaya Bersanding dengan Maung Siliwangi TNI

Berangkat dari filosofi dan sejarah itulah pada akhirnya Maung Lodaya menjadi simbol polisi di Jawa Barat, bersanding dengan Maung Siliwangi nan menjadi simbol tentara di Jawa Barat.

“Jadi TNI dan Polri di Jawa Barat itu tidak bisa dipisahkan, lantaran lahir dari sejarah nan sama. Maung Lodaya dan Maung Siliwangi selamanya bakal berdampingan lantaran dua nama satu jiwa,” kata Anton.

Selain itu lambang Kujang nan melengkapi simbol Maung Lodaya dan Maung Siliwangi, menurut Anton bukan sembarang simbol. “Kujang itu berarti kukuh kana jangji (teguh erat memegang janji). Jadi seorang polisi itu kudu setia pada Tri Brata,” kata Anton.

Polda Jawa Barat sendiri merupakan satu-satunya lembaga polisi nan mempunyai simbol macan kumbang alias Maung Lodaya di Indonesia. Sehingga tak heran jika ketika simbolnya dilecehkan polisi di Jawa Barat bereaksi keras.

“Ya memang wajar jika adik-adik saya di kepolisian bereaksi keras. Namun jauh dari pada itu, tentu personil Polri di Jawa Barat, kudu lebih konsentrasi kepada mengaplikasikan alias mengejawantahkan, nilai dan spirit Maung Lodaya dalam menjalankan tugas dan pengabdiannya,” pungkas Anton.

Laporan: Andyka Nugroho

Sumber: detikJabar

Editor: abdul Kholilulloh

Selengkapnya
Sumber Kabar SekitarKita
Kabar SekitarKita