ARTICLE AD BOX
Bandung Barat | SekitarKita.id,- Pelaku upaya kuliner ayam geprek, Gilang (34), penduduk Permata, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) keluhkan kenaikan nilai beras melambung tinggi.
Gilang menjelaskan, melejitnya nilai beras berakibat pada upaya nan tengah digeluti, selain itu, untung nan diperoleh dari hasil berdagang saat ini makin menurun.
“Jelas berakibat sekali kang, apalagi saat ini nilai beras sudah naik sebesar Rp18 ribu per kilogram,” kata Gilang saat ditemui di Padalarang, Jumat 23 Februari 2024.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Ia menyebut, tak menutup kemungkinan, pihaknya terpaksa menaikan nilai satuan ayam geprek, biasanya, kata dia, satu porsi di bandrol seharga Rp20.000 sekarang naik hingga 10 persen.
“Normalnya Rp20 ribu per porsi, lantaran beras mahal, naik menjadi Rp21.500 per porsi, saya terpaksa menaikan 5 sampai 10 persen,” jelasnya kembali.
Kendati nilai beras tak kunjung turun, dia tetap berterima kasih meski hanya mendapatkan untung secuil. Biasanya, lanjut dia, pesanan pengguna dalam sehari dia bisa mencapai 100 porsi.
“Biasanya dalam satu hari itu bisa sampai 100 porsi, nah untuk sekarang paling 35 sampai 50 porsi saja. Untung saat ini sedikit, tapi gak apa-apa nan krusial tetap bisa buat bayar kebutuhan sehari-sehari seperti sekolah, listrik sama nan lain,” ungkap Gilang.
Untuk mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan beras, dia lakukan dengan langkah menyetok beras untuk persediaan dalam beberapa hari kedepan.
Tak hanya itu, untuk menyiasatinya kenaikan beras, Gilang terpaksa mengurangi stok nasi dalam setiap paket ayam geprek. Tentu tanpa mengurangi kualitas.
“Meskipun porsi nasi kami kurangi bukan berfaedah mengurangi kualitas, beras nan kita pakai sama meskipun harganya naik,” ujar dia.
Pihaknya berharap, pemerintah dapat mengambil kebijakan tepat dalam menyikapi kenaikan nilai beras nan berakibat tidak hanya bagi masyarakat saja.
“Bagi kami pelaku upaya kuliner kenaikan ini sangat memberatkan. Semoga pemerintah bisa segera memberikan solusi agar beras tidak mahal siapapun presidennya nan terpilih kelak dan wakil rakyat di Bandung Barat untuk kiranya mendengarkan aspirasi kami masyarakat kecil,” tandasnya
Sebagai informasi, pemantauan di pasar Tradisional Tagog Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, nilai beras jenis medium saat ini sudah mencapai Rp15.000 per kilogram. Sementara untuk beras jenis premium menginjak di nilai Rp16.500 per kilogram.
Sebelumnya, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung Barat menyatakan bakal menggelontorkan beras jenis Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) ke para pedagang sebanyak 200 ton per pekan.
Langkah tersebut sebagai upaya pemerintah wilayah agar masyarakat bisa membeli beras dengan nilai lebih murah.
Selain itu, Pemda Bandung Barat mengendalikan ekspektasi inflasi melalui aktivitas Sembako Murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM) bagi masyarakat umum serta pendistribusian pangan bersubsidi bagi masyarakat tertentu.
Kendati begitu, sudah satu pekan program tersebut belum direalisasikan oleh Pemda Bandung Barat. Itu terlihat dari banyaknya pedagang dan masyarakat nan terus mengeluhkan kenaikan beras dalam beberapa pekan ini.