ARTICLE AD BOX
Cinta bentuk datang dari menerima kesenangan dari seseorang alias sesuatu.
Sebaliknya, cinta non secular berfaedah kita merasa diasingkan dan ditolak oleh orang lain, dan di atas emosi negatif tersebut, kita membangun sikap penuh kasih.
Meskipun kita menderita lantaran kebencian ini, yaitu, kita mau mencintai orang lain tetapi mendapati diri kita berada dalam emosi nan bertentangan nan bertentangan dengan cinta nan kita inginkan, membangun hubungan positif di atas emosi negatif ini bakal membangkitkan cinta non secular.
Oleh lantaran itu, cinta non secular diukur dengan jarak dari orang nan mau kita cintai. Oleh lantaran itu, mencapai cinta non secular juga memerlukan banyak pembelajaran dan persiapan, menyadari bahwa itu adalah sikap nan perlu kita capai terhadap seluruh ciptaan.
Keinginan untuk bersenang-senang sendiri tidak menjadi masalah, lantaran itu hanya sekedar persoalan. Masalah muncul ketika kemauan untuk bersenang-senang berupaya untuk mendapatkan untung secara perseorangan dengan mengorbankan orang lain. Di antara sel-sel tubuh, kecenderungan ini dianggap berkarakter kanker. Di antara kita sebagai manusia, kemauan untuk mendapatkan untung pribadi dengan mengorbankan orang lain adalah akar dari semua masalah nan kita hadapi dalam hidup.
Keinginan untuk bersenang-senang adalah sifat kita. Kita tidak bisa menyingkirkannya alias menghancurkannya, dan kita juga tidak perlu melakukannya. Kita hanya perlu memperlakukan alam kita sebagai gedung tingkat dasar nan perlu kita bangun, tingkat kedua ke atas nan dibangun dari sikap positif dan penuh kasih sayang di sekitar kemauan untuk menikmati orang lain dan alam.
Perbedaan antara cinta jasmani dan cinta rohani
Cinta bentuk berfokus pada tubuh dan tidak terlihat lagi. Hal ini ditandai dengan gairah seksual dan hubungan nan penuh dosa. Sebaliknya, cinta rohani memberi, melayani, dan memberi lantaran cinta itu suci dan puas. Cinta non secular membikin orang menginginkan kepuasan pasangannya dan membikin mereka mengatasi perbedaan dan tekanan. Kasih seperti ini menghindari kegelapan dan melangkah dalam terang, sebagaimana Tuhan kita Yesus Kristus mengajarkan kita untuk melangkah dalam terang. Perbedaan di antara keduanya dapat diringkas sebagai berikut:
1. Cinta fisik:
- Berfokus pada tubuh dan gairah seksual.
- Penuh dengan dosa dan kesalahan.
- Hubungannya tersembunyi dan penuh dosa.
- Dia menghindari sinar dan hidup dalam kegelapan.
2. Cinta rohani:
- Dia memberi, melayani, dan memberi.
- Itu membikin orang mau pasangannya puas.
- Membantu mengatasi perbedaan dan tekanan.
- Dia melangkah dalam terang dan hidup dengan jujur dan murni.
Pada akhirnya, cinta non secular dianggap lebih berkepanjangan dan lebih dalam daripada cinta fisik, lantaran mengenai dengan emosi dan spiritualitas.
Bagaimana kita bisa mencapai cinta non secular ini?
Hal ini dilakukan dengan memintanya dari tingkat nan lebih tinggi. Keinginan untuk menikmati adalah prinsip ciptaan, dan sebagai imbalannya adalah sifat nan menciptakannya: kemauan untuk memberi, mencintai dan memberi. Keinginan untuk memberi dan mencintai mempunyai banyak nama, termasuk “Pencipta”, “Kekuatan nan Lebih Besar”, “Cahaya”, dan “Alam”. Ini menggambarkan kualitas memberi dan cinta nan ada dalam realita dan tersembunyi dari kemauan bawaan kita. Ketika kita sampai pada kemauan nan tulus untuk mencintai orang lain secara non secular, yaitu, tanpa kemauan untuk untung pribadi nan mengenai dengan cinta itu, kita sampai pada permintaan sejati kepada Sang Pencipta – sebuah angan – untuk melakukan transformasi diri ini.
Mengapa kita mau mencapai keadaan seperti itu?
Karena dengan melakukan demikian kita mendekati sumber kehidupan kita, dan kita mengangkat diri kita dari tingkat keberadaan hewani menjadi manusia dalam makna kata nan lebih luas. “Manusia” dalam bahasa Ibrani (“Adam”) merujuk pada frasa “seperti nan Maha Tinggi.” Oleh lantaran itu, mencapai cinta non secular berfaedah mencapai identifikasi dengan Sang Pencipta, nan digambarkannya sebagai tujuan hidup: keadaan persepsi dan emosi tertinggi, paling selaras dan seimbang nan dapat kita capai, selama hidup di bumi kita.
Bisakah hubungan bentuk berkembang menjadi hubungan non secular?
tentu saja! Hubungan bentuk dapat berkembang menjadi hubungan non secular seiring berjalannya waktu dan membangun kepercayaan serta hubungan nan mendalam antara kedua pasangan. Mari kita jelajahi ini lebih element:
Evolusi dari bentuk ke non secular:
- Membangun fisik: Hubungan dimulai dari fisik, dimana terjadi kesukaan dan nafsu seksual antara kedua pasangan.
- Komunikasi dan kepercayaan: Seiring berjalannya waktu, kudu ada komunikasi nan terbuka dan jujur antara kedua pasangan. Mereka berdua kudu merasa nyaman membicarakan pikiran dan emosi mereka.
- Kedalaman emosional: Ketika kepercayaan dan komunikasi nan baik terbangun maka hubungan dapat berkembang ke tingkat nan lebih dalam. Stage ini bisa diisi dengan emosi romantis dan non secular.
- rasa hormat dan penghargaan: Mitra kudu saling menghormati dan menghargai nilai dan kebutuhan satu sama lain. Ini membantu dalam mengembangkan hubungan non secular.
Pada akhirnya, cinta non secular dianggap lebih berkepanjangan dan lebih dalam daripada cinta fisik, lantaran mengenai dengan emosi dan spiritualitas. Jika ada kepentingan bersama, rasa hormat, dan komunikasi nan mendalam, hubungan dapat berkembang dari hubungan bentuk ke hubungan non secular.
www.asiacue.com