ARTICLE AD BOX
Meski demikian pertengkaran memang wajar terjadi dalam hubungan apa pun, ada ungkapan-ungkapan tertentu nan disesali suami ketika diucapkan kepada istrinya di saat-saat nan panas. Meski demikian mereka berupaya semaksimal mungkin saja untuk meminta maaf, beberapa ujar mempunyai akibat nan memperkuat lama.
Untuk menghindari keadaan canggung seperti ini, suami kudu segera sadar gimana mereka berbincang kepada istrinya. Dan agar pernikahan tetap sehat, sebaiknya hindari mengucapkan kalimat-kalimat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berikut 10 ungkapan nan paling disesali suami ketika diucapkan kepada istrinya
1. 'Kamu bereaksi berlebihan'
Produksi Stratford | stok foto
Ketika seorang suami memberi tahu istrinya bahwa dia bereaksi berlebihan, dia memperlihatkan sungguh dia tidak peduli terhadap emosi istrinya.
Pasangan tidak bakal meledak marah tanpa alasan; sebaliknya, mereka condong bereaksi negatif berasas tindakan konsisten nan dilakukan alias tidak dilakukan pasangannya. Andaikan, seorang suami nan tidak mencuci piring mungkin saja tampak bukan masalah besar, tetapi terus-menerus tidak membersihkan diri adalah masalah besar.
Observasi dari Magazine of Circle of relatives Psychology memperlihatkan bahwa pulang ke rumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga bisa dikarenakan kelelahan bentuk dan, seiring waktu, membikin pasangan mempunyai satu istri nan sangat kelelahan. Kegagalan untuk sembuh setelah bekerja juga dikarenakan tingginya kadar kortisol di tengah malam.
Andai seorang suami menyampaikan, “Kamu bereaksi berlebihan,” kepada istrinya, nan kemungkinan besarnya sudah kelelahan dan muak dengan memenuhi kebutuhannya, kemungkinan besarnya dia bakal menyesalinya di kemudian hari.
TERKAIT: 10 Cara Halus Untuk Membuat Suami Anda Menyadari Betapa Baiknya Dia Bersama Anda
2. 'Berhentilah mengomeliku terlalu terus menerus'
Kateryna Onyshchuk / Shutterstock
Seorang istri mungkin saja mengomel ketika dia mempunyai struktur nan sangat memerlukan di mana dia merasa resah ketika segala sesuatunya tidak beres, alias dia mungkin saja mengomel ketika dia merasa tidak didukung alias begitu peduli dengan begitu dia hanya mau membikin segalanya lebih baik. Hal ini menciptakan situasi stres ketika suami tidak merespons omelan dengan benar, dengan begitu melampiaskan rasa frustrasinya pada istri.
Menurut psikolog klinis berlisensi Seth Meyers Psy.D., omelan dapat menjadi masalah suasana hati alias masalah struktur kebutuhan tinggi. Sayangnya, omelan bisa dikarenakan penurunan kepuasan hubungan dengan begitu menimbulkan masalah dalam hubungan nan susah diatasi.
Sebaiknya para suami menghindari memberi tahu istrinya bahwa mereka tidak suka omelannya, dan berikan support emosional nan diberikan oleh suami nan baik.
3. 'Kamu semestinya lebih berupaya dalam penampilanmu'
Pergeseran Pressure | stok foto
Saat seorang istri kelelahan, merupakan tindakan nan merendahkan umpama suaminya menyuruhnya untuk “berusaha lebih keras dalam menjaga penampilannya”. Tidak hanya itu, tapi perihal itu menghilangkan semua aspek lain nan menjadikannya seseorang.
Observasi memperlihatkan bahwa wanita lebih mungkin saja melaporkan kelelahan dibandingkan laki-laki karena terlalu sejumlah besar bekerja, dengan begitu seorang istri nan mendengar bahwa usahanya tidak cukup baik dan bahwa suaminya menganggap perihal nan tidak diinginkan bakal merusak nilai dirinya.
Para suami kudu segera memastikan untuk tidak pernah mengomentari penampilan istrinya, selain umpama perihal itu bisa diperbaiki dengan cepat, seperti lipstik nan luntur alias busana nan tidak menonjolkan fitur-fiturnya. Penting juga bagi suami untuk mengangkat istri mereka secara emosional, bukan menjatuhkannya.
Andai seorang suami betul-betul peduli terhadap istrinya, mereka bisa memberinya waktu untuk mengurus dirinya sendiri, alias menawarkan untuk mengambil alih beberapa tanggung jawabnya, seperti memasak makan malam alias membersihkan rumah.
4. 'Saya tidak punya waktu untuk ini sekarang'
Goksi | stok foto
Manusia adalah makhluk sosial nan memerlukan hubungan untuk berkembang. Jadi, emosi ditolak seorang istri sangatlah menyakitkan, karena suami tidak memberikan mereka kebutuhan dasar untuk merasa didengarkan. Ketika seorang suami menyampaikan sesuatu seperti, “Saya tidak punya waktu mengingat itu sekarang,” dia mengabaikan kebutuhan istrinya.
Penolakan seperti ini menurunkan nilai diri, apalagi ketika orang menganggap dirinya sangat berbobot bagi seseorang. Hal ini menimbulkan emosi sakit hati nan bisa menimbulkan akibat nan menghancurkan.
Untuk menghindari perihal tersebut, sebaiknya suami mendengarkan dan memperhatikan apa nan dikatakannya kepada pasangannya. Merasa disalahpahami dikarenakan lebih sejumlah besar stres dan berkurangnya kepuasan hidup.
TERKAIT: 12 Frasa Ajaib Untuk Lebih Terus menerus Diucapkan Kepada Pasangan Anda
5. 'Mengapa Anda tetap menentangku?'
Egoitz Bengoetxea | stok foto
Seorang istri tidak menentang suaminya hanya sebab; sebaliknya, dia mungkin saja melakukannya karena dia tetap belum melupakannya alias mereka, sebagai pasangan, belum mengatasi bentrok tertentu. Pengkhianatan terhadap kepercayaan susah diatasi karena perihal itu merusak nilai diri pasangan dan, akhirnya, pernikahan.
Pengkhianatan dikarenakan keterkejutan, kehilangan, kesedihan, kemarahan, dan rendahnya nilai diri. Seorang istri mungkin saja bakal mengamuk alias terus mengungkit-ungkit sesuatu sebagai langkah untuk menyampaikan perasaannya alias mengatasi pengkhianatan alias konflik.
Membalikkan emosi ini tidaklah mudah dan kemungkinan besarnya memerlukan terapi untuk kembali ke kondisi nan baik.
Menurut konselor pasangan berlisensi Kari Rusnak, MA, LPC,CMHC, pasangan kudu segera mengatasi pengkhianatan sesegera mungkin saja untuk menghindari penumpukan alias kerusakan lebih lanjut. Pasangan nan secara aktif mengabaikan pengkhianatan karena perihal itu menyakitkan bakal lebih susah memperbaiki kepercayaan dalam hubungan, dengan begitu dikarenakan penurunan kepuasan hubungan.
6. 'Kamu bersikap dramatis sekali'
Kateryna Onyshchuk | stok foto
Para suami nan menyampaikan, “Kamu terlalu dramatis,” mungkin saja secara tidak sengaja mendorong istrinya untuk menjauhkan diri. Ini adalah ungkapan nan disesalkan oleh sebagian besar suami ketika diucapkan kepada istrinya, karena akibat dari perkataan tersebut mempunyai kekuatan nan cukup besar.
Andai seorang istri bersedia menyampaikan emosi terdalamnya dan malah mendapat penolakan, bukan penerimaan, perihal ini bisa dikarenakan dia mengasingkan diri. Menurut observasi dari jurnal “Present Opinion in Psychology”, isolasi diri dikarenakan penurunan kepuasan hubungan dan peningkatan kekerasan pasangan intim.
Lebih dari itu, emosi disalahpahami dalam sebuah pernikahan bisa dikarenakan tingkat stres nan tinggi, rendahnya kepuasan dan motivasi hidup, serta tingkat kortisol nan tidak sehat nan bisa mempengaruhi kesehatan siapa pun secara keseluruhan.
Daripada menyesal telah menyampaikan sesuatu, sebaiknya suami menghindari perkataan nan terkesan tidak peduli alias tidak memberi dorongan untuk. Andai istri terbuka dan mau bersikap rentan, suami kudu segera luangkan waktu untuk mendengarkan tanpa menghakimi.
7. 'Kamu perlu rileks'
Studio Prostock | stok foto
Ketika suami menyuruh istri mereka nan stres untuk “relaksasi”, perihal itu memperburuk keadaan sepuluh kali lipat. Menurut psikolog klinis berlisensi Andrea Bonior Ph.D., masalah dengan menyuruh seseorang untuk “santai” alias “tenang” adalah perihal itu membikin mereka tampak seperti seakan-akan reaksi merekalah masalahnya, dengan begitu menempatkan mereka dalam mode pertahanan.
Mengucapkan kalimat ini bisa membikin emosi istri tidak sah dan membikin situasi nan sudah tegang semakin meningkat. Bonior merekomendasikan untuk mengucapkan frasa pengganti seperti, “Saya memahami perihal ini membikin Anda kesal”, “Apa nan bisa saya lakukan untuk membantu kita melewati perihal ini?” atau, “Mari kita berakhir sejenak untuk memperlambat segalanya.”
Suami mungkin saja memakai ungkapan ini dengan niat baik, tetapi tanpa sadar mereka merendahkan istrinya, dengan begitu memberikan pesan bahwa masalah mereka bukanlah masalah besar. Sebaliknya, suami kudu segera mendengarkan istri mereka dan membiarkan mereka menyuarakan kekhawatiran mereka.
TERKAIT: 12 Pelajaran nan Dipelajari Kebanyakan Pasangan Terlambat Dalam Hidupnya
8. 'Kamu terlalu sensitif'
fizkes | stok foto
Seseorang nan terbuka dan untuk memilih membocorkan isi hati untuk kepada orang lain adalah perihal nan susah dilakukan; orang terus menerus lihat kerentanan sebagai tanda kelemahan. Tetapi ketika para suami mengabaikan emosi istri mereka dan menganggapnya “terlalu sensitif”, mereka mengabaikan keberanian dan kerentanan nan diperlukan untuk menyampaikan emosi tersebut.
Menurut sebuah studi dari “Nervousness, Rigidity, & Coping”, ketika seseorang menganggap emosinya tidak bisa diterima alias salah, mereka merasakan bumi secara berbeda. Emosi sehari-hari mereka menjadi kurang positif dan tingkat stres mereka semakin tinggi ketika mereka merasakan emosi nan tidak menyenangkan.
Dari semua ungkapan nan disesalkan nan diucapkan suami kepada istrinya, ungkapan ini dapat sangat merugikan. Suami kudu segera berhati-hati untuk tidak mengabaikan emosi istrinya dengan begitu saja, dan sebaliknya bersikap curhat memahami emosinya.
9. 'Kamu berkelakuan gila'
fizkes | stok foto
Para suami nan menyampaikan, “Kamu berkelakuan gila” jelas tidak memahami sifat komentar mereka nan meremehkan dan menggugah selera. Mengabaikan emosi seseorang dan membikin mereka mempertanyakan realitasnya adalah arti pada nyatanya dari gaslighting.
Menurut jurnal International Affiliation for Dating Analysis, gaslighting berakibat pada emosi diri, sikap defensif, dan kepercayaan seseorang. Ketika seorang suami mengucapkan kalimat ini kepada istrinya, tanpa sadar mereka mendorongnya untuk menutup diri sepenuhnya, karena dia tidak dapat mempercayai pasangannya karena takut dianggap ekstrem alias tidak berarti.
Ada beragam argumen laki-laki menyebut wanita, secara umum, “gila”, namun bahasa seperti ini tidak boleh diucapkan oleh pasangannya. Para suami tidak boleh membesar-besarkan kekhawatiran istri mereka dengan langkah seperti ini, terutama karena istri mempunyai masalah-masalah nyata nan mau mereka selesaikan bersama, nan bakal memperkuat pernikahan dalam prosesnya.
Sayangnya, para suami kemungkinan besarnya nantinya bakal menyesal menyampaikan kepada istrinya bahwa mereka menganggapnya “gila”.
10. 'Itu bukan masalah nan kudu segera saya perbaiki'
Antonio Guillem | stok foto
Seorang suami nan menyampaikan, “Itu bukan masalah nan kudu segera saya selesaikan,” adalah seorang suami nan dingin dan tidak peduli. Dalam kemitraan nan sehat, mitra mau mengatasi masalah bersama. Tetapi ketika suami mengucapkan kalimat seperti ini, mereka mengabaikan ketakutan alias pemicu stres istri mereka, dengan begitu memutus keahlian kedua pasangan untuk terikat dan tetap berkorespondensi.
Ini hanyalah contoh lain dari ungkapan nan disesalkan sebagian besar suami kepada istrinya, karena kerusakan nan mereka timbulkan hanya dengan beberapa ujar saja mempunyai akibat nan memperkuat lama. Bukan hanya memperlihatkan bahwa mereka adalah suami nan egois, tetapi mereka juga tidak lihat pentingnya kerja sama tim dalam sebuah pernikahan.
Para suami kudu segera memahami bahwa pernikahan adalah tentang kerja sama tim dan, suka alias tidak, masalah istri tetap menjadi masalah mereka. Mereka kudu segera tetap terbuka dan ingat bahwa kata-kata itu penting.
TERKAIT: 7 Frasa Umum nan Tidak Pernah Diucapkan Pasangan Paling Bahagia Satu Sama Lain
Marielisa Reyes adalah seorang penulis dengan gelar sarjana ilmu jiwa nan meliput topik self-help, hubungan, karier, keluarga, dan astrologi.
Cerita Keterkaitan Dari YourTango: